Sabtu, 22 Oktober 2011

Resume materi pendudukan Jepang di Indonesia


PENDUDUKAN  JEPANG DI INDONESIA (1939-1945)
I.  Kronologi Penyerbuan Jepang di Asia
·         Tanggal 7 Desember 1941 penyerbuan Jepang di Pearl Harbour
·         Tanggal 8 – 10 Desember 1941 menyerbu Pilipina
·         Tanggal 16 Desember 1941 menduduki Birma (Myanmar)
·         Januari 1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi
·         Di Indonesia:
·         24 Januari Jepang menduduki Tarakan
·         3 Februari 1942 menduduki Samarinda
·         4 Februari 1942 menduduki Ambon
·         10 Februari 1942 menduduki Banjarmasin
·         14 Februari 1942 menguasi Palembang
·           Di Pulau Jawa:
-          1 Maret 1942 Jepang mendarat di Teluk Banten (Jabar) dan Kragan (Jateng)
-          5 Maret kota Batavia berhasil dikuasai
-          8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat.
II.  Upaya  Jepang menarik simpatik bangsa Indonesia
Dua prioritas kebijakan Jepang atas Indonesia:
-          Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di Indonesia
-          Menggerakan rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.
Untuk dapat memperoreh simpatik dari rakyat Indonesia, upaya yang dilakukan oleh Jepang sebagai berikut:
1.      Kedatangan Jepang ke Indonesia untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajah Belanda
2.      Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi alat komunikasi
3.      Mengikutsertakan orang-orang Inidonesia dalam pemerintahan dan organisasi bentukan Jepang
4.      Untuk menarik simpatik umat islam membentuk MIAI(Majelis Islam A’la Indonesia
5.      Bendera merah putih dikibarkan bersama bendera Jepang (Hinomaru). Lagu Indonesia dinyanyikan bersama lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.
6.      Rakyat wajib menyerahkan besi tua untuk dilebur menjadi alat-alat perang
Janji-janji Jepang ternyata hanya tipu muslihat, dibalik propapagandanya Jepang telah menyebabkan banyak penderitaan bagi rakyat. 
Hal ini dilakukan Jepang dengan melakukan:
-          Pemerasan ekonomi dan kekayaan alam
-          Pengerahan tenaga manusia, antara lain melalui:
a.       Pengerahan pemuda
b.      Pembentukan organisasi semimiliter
-   Keibodan                - Seinentai dan Gakutai
-   Sseinendan              - Barisan Pelopor
-   Fujinkai                   - Hisbullah
-          Pembentukan organisasi Militar
-   Heiho
-   Peta
-          Pengerahan romusha dan penderitaan rakyat
-          Cara-cara kooperasi
-   Tiga A yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin
-   Putera (pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh empat serangakai
-   Jawa Hokokai, organisasi ini langsung dipimpin oleh Gunseikan(panglima perang di Jawa)
-   MIAI dan Masyumi
III.             Pengaruh kebijakan Jepang di Indonesia
  •     Bidang politik
  •    Bidang ekonomi
  •     Bidang militer
  •   Bidang sosial
IV.             Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia
  • Perjuangan melalui organisasi bentukan Jepang
  • Perjuangan melalui gerakan bawah tanah
  • Perjuangan melalui perlawanan bersenjata
V.                    Gerakan Bawah Tanah
1.      Kelompok Sutan Syahrir
2.      Kelompok Amir Syarifudin
3.      Golongan Persatuan Pemuda
4.      Kelompok Sukarni
5.      Kelompok pemuda Menteng 31
6.      Golongan Kaigun
VI.                 Perjuangan Melalui Perlawanan bersenjata
1.    Perlawanan Rakyat di Cot Plieng (10 November 1942)
2.    Perlawanan Rakyat Pontianak
3.    Perlawanan rakyat Sukamanah
4.         Perlawanan rakyat Indramayu
5.         Perlawanan rakyat Irian Jaya
6.         Perlawanan Peta di Blitar

soedirman sosok pejuang tanpa pamrih

Jendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. enderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan


Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.



Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.

Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman
Nama:
Jenderal Sudirman
Lahir:
Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal:
Magelang, 29 Januari 1950

Agama:
Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meniggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan:
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta

prasejarah di indonesia

Prasejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.